Malutpost.id, TikTok platform video pendek yang populer di seluruh dunia, kini tengah mengambil langkah besar dalam menghadapi tekanan pemerintah Amerika Serikat. Perusahaan yang berada di bawah naungan ByteDance ini dilaporkan tengah mempersiapkan peluncuran aplikasi baru khusus bagi pengguna di AS, sebuah langkah strategis menjelang rencana penjualan saham kepada investor lokal.
Gambar Istimewa : ugm.ac.id
Menurut laporan yang dikutip dari Antaranews melalui Business Standard pada Senin (7/7/2025), TikTok berencana merilis aplikasi tersebut di toko aplikasi Amerika pada tanggal 5 September 2025. Peluncuran ini bukan sekadar pembaruan sistem biasa, melainkan akan menjadi transisi penting dalam cara TikTok beroperasi di pasar AS.
Pengguna Harus Unduh Aplikasi Baru
Bagi para pengguna setia TikTok di AS, langkah ini berarti satu hal: mereka diwajibkan untuk mengunduh aplikasi versi baru jika ingin terus mengakses layanan TikTok secara penuh. Meskipun begitu, versi lama aplikasi dikabarkan masih akan dapat digunakan hingga Maret 2026. Namun, sumber internal menyebut bahwa jadwal ini masih bisa berubah tergantung pada perkembangan politik dan bisnis yang sedang berlangsung.
Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya tensi politik antara AS dan Tiongkok. Presiden AS, Donald Trump, yang kini kembali menjabat, telah memberikan sinyal bahwa pemerintahannya siap melakukan perundingan dengan Tiongkok pada Senin atau Selasa (8/7/2025). Perundingan ini menyangkut kesepakatan mengenai nasib TikTok di AS, termasuk kepemilikan dan kontrol operasionalnya.
Tenggat Waktu Semakin Dekat
Perlu diketahui, ini bukan pertama kalinya TikTok berada di bawah tekanan pemerintah AS. Trump sebelumnya telah memperpanjang tenggat waktu hingga 17 September 2025 bagi ByteDance untuk melepaskan kepemilikan TikTok di wilayah AS. Jika tenggat ini tidak dipenuhi, bukan tidak mungkin aplikasi tersebut akan dilarang beroperasi secara resmi di negara adidaya tersebut.
Bulan-bulan sebelumnya sempat muncul rencana untuk membentuk entitas baru berbasis di AS yang akan mengelola TikTok secara independen, dengan sebagian besar saham dimiliki oleh investor asal Amerika. Namun rencana tersebut mengalami hambatan, khususnya setelah pemerintah Tiongkok menolak memberikan persetujuan, menyusul pengumuman Trump mengenai kenaikan tarif besar-besaran terhadap barang-barang impor dari Tiongkok.
Kesepakatan Masih di Udara
Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai apakah kesepakatan penjualan TikTok akan benar-benar terwujud. Trump menyatakan bahwa AS telah memiliki kesepakatan awal, namun tetap mengakui bahwa keputusan akhir masih sangat bergantung pada restu dari pemerintah Tiongkok. Hal ini memperlihatkan betapa peliknya persimpangan antara bisnis teknologi global dan politik internasional.
Jika pemerintah Tiongkok tidak memberikan lampu hijau, maka skenario peluncuran aplikasi baru dan pembentukan entitas independen bisa kembali tertunda atau bahkan batal. Sebaliknya, jika kesepakatan tercapai, maka ini bisa menjadi titik balik penting bagi TikTok dalam memperkuat eksistensinya di pasar AS yang sangat besar dan strategis.
Strategi TikTok Uji Coba di Tengah Tekanan Politik
Langkah TikTok untuk meluncurkan aplikasi baru bagi pengguna AS merupakan strategi cerdas di tengah tekanan politik yang semakin kuat. Ini bukan hanya soal teknologi atau pembaruan sistem, tapi juga bagian dari diplomasi bisnis tingkat tinggi. Dengan batas waktu 17 September yang semakin dekat dan ketidakpastian dari pihak Tiongkok, masa depan TikTok di AS masih belum jelas. Namun satu hal pasti: TikTok tidak tinggal diam dan terus mencari cara agar tetap eksis dan relevan di tengah gejolak geopolitik global.