Judul Clickbait: Gen Z Kerja Serabutan? Awas, Siber Mengintai!

Malutpost.id, Jakarta – Generasi Z atau Gen Z, yang tumbuh besar di era digital, kini mempopulerkan tren "polyworking" alias kerja serabutan. Mereka menjalani beberapa pekerjaan

Redaksi

[addtoany]

Judul Clickbait: Gen Z Kerja Serabutan? Awas, Siber Mengintai!

Malutpost.id, Jakarta – Generasi Z atau Gen Z, yang tumbuh besar di era digital, kini mempopulerkan tren "polyworking" alias kerja serabutan. Mereka menjalani beberapa pekerjaan sekaligus, mulai dari freelancer, karyawan tetap, hingga proyek sampingan. Meski menawarkan fleksibilitas dan potensi penghasilan, tren ini membuka celah baru bagi kejahatan siber.

Laporan terbaru Kaspersky menunjukkan lebih dari 6 juta upaya serangan siber yang menyamar sebagai aplikasi kerja populer seperti Zoom, Outlook, dan Microsoft Teams tercatat antara kuartal kedua 2024 hingga kuartal pertama 2025. Di Indonesia, tercatat lebih dari 41 ribu serangan menargetkan Gen Z yang aktif menggunakan berbagai aplikasi kerja dan platform pencarian kerja digital.

Judul Clickbait: Gen Z Kerja Serabutan? Awas, Siber Mengintai!
Gambar Istimewa : gizmologi.id

Muncul kekhawatiran, seiring Gen Z semakin bergantung pada perangkat pribadi dan aplikasi digital untuk bekerja dari mana saja, apakah mereka siap menghadapi risiko dari gaya hidup multitasking ini?

Multitasking di era digital berarti mengelola puluhan aplikasi sekaligus: email, kalender, perangkat lunak manajemen proyek, hingga platform komunikasi internal. Seorang Gen Z yang polyworking mungkin menggunakan Microsoft Teams untuk satu pekerjaan, Slack untuk proyek freelance, dan Outlook, Zoom, serta Notion untuk pekerjaan sampingan.

Semakin banyak alat yang digunakan, semakin besar pula peluang bagi penjahat siber. Kaspersky mencatat Zoom menjadi target utama dengan hampir 4 juta serangan yang menyamar sebagai undangan atau pembaruan palsu. Serangan ini sering lolos karena tampilannya sangat mirip dengan aplikasi aslinya dan datang melalui jalur komunikasi yang tampak sah.

Kondisi ini menjadi lahan subur untuk rekayasa sosial. Pelaku dapat mengirim tautan berbahaya melalui pesan yang terlihat seperti dari rekan kerja, atau menyisipkan malware melalui berkas kerja palsu. Dalam kondisi kerja yang serba cepat dan banyak notifikasi, kesalahan manusia, seperti klik sembarangan, bisa menjadi titik masuk yang fatal.

Selain alat kerja, celah keamanan juga muncul dari platform pekerjaan seperti LinkedIn, Upwork, Fiverr, dan Glassdoor. Kaspersky menemukan lebih dari 650 ribu upaya phishing yang menyamar sebagai lowongan kerja, dengan modus mengarahkan korban ke halaman login palsu untuk mencuri kredensial.

Di tengah budaya "kerja cepat" dan "tawaran eksklusif", para pelaku memanfaatkan antusiasme Gen Z untuk menjebak mereka dalam skema penipuan digital. Skala ancaman ini berbeda dari sebelumnya, karena banyak komunikasi kerja berlangsung di luar email, seperti melalui DM media sosial atau pesan instan.

Kebiasaan menggunakan satu perangkat untuk berbagai pekerjaan juga memperparah risiko. Tanpa pemisahan antara lingkungan kerja dan pribadi, satu insiden keamanan dapat berdampak ke banyak akun sekaligus. Misalnya, jika akun freelance diretas karena menggunakan kata sandi lemah, dan kata sandi itu juga digunakan untuk email kantor, pelaku dapat masuk ke sistem perusahaan tanpa terdeteksi.

Evgeny Kuskov, pakar keamanan di Kaspersky, menyebut ini sebagai "bom waktu digital". Menurutnya, tumpang tindih antara pekerjaan, perangkat, dan aplikasi menciptakan kelelahan kognitif dan peluang lebih besar bagi kelalaian. "Dalam keamanan siber, satu kelalaian kecil bisa berdampak besar," ujarnya.

Kaspersky menekankan pentingnya kesadaran keamanan siber di kalangan Gen Z, tidak hanya melalui perangkat lunak pelindung tetapi juga melalui edukasi. Mereka meluncurkan Case 404, game interaktif bertema detektif digital yang dirancang untuk membantu Gen Z memahami risiko siber dan cara menghindarinya.

Kaspersky juga memberikan rekomendasi penting, seperti memisahkan perangkat kerja dan pribadi, menggunakan pengelola kata sandi, hanya mengunduh aplikasi dari sumber resmi, serta menghindari ekstensi browser tidak resmi. Penting juga untuk selalu mengaktifkan autentikasi dua faktor dan memperlambat respons terhadap pesan mendesak yang mencurigakan.

Implementasi saran ini tidak mudah, terutama bagi pekerja lepas yang mengandalkan satu laptop dan gawai untuk segala kebutuhan. Di sinilah peran platform kerja, perusahaan, dan bahkan regulator diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan inklusif bagi generasi pekerja masa depan.

Polyworking dan multitasking digital bukanlah hal buruk. Bagi Gen Z, ini adalah cara baru membangun karier dan menciptakan kemandirian finansial. Namun, di balik fleksibilitas itu, tersembunyi risiko yang tidak bisa diabaikan.

Keamanan siber bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga ekosistem. Semakin cepat semua pihak menyadari hal ini, semakin besar peluang untuk menciptakan lingkungan kerja digital yang benar-benar aman, tanpa mengorbankan kebebasan dan kreativitas yang menjadi ciri khas Gen Z.

Ikuti kami :

Tags

Related Post

Ads - Before Footer