Malutpost.id, Isu panas kembali muncul di panggung global ketika muncul kabar bahwa sekelompok orang kaya Amerika Serikat tengah bersiap mengakuisisi TikTok, platform media sosial asal Tiongkok yang memiliki jutaan pengguna aktif di seluruh dunia. Kabar ini bukan hanya menjadi bahan pembicaraan di AS, tetapi juga memancing reaksi tegas dari pemerintah Tiongkok.
Gambar Istimewa : eraspace.com
Pernyataan terkait rencana akuisisi ini pertama kali disampaikan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Fox News pada Minggu (29 Juni 2025). Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa sudah ada pihak-pihak yang bersiap untuk membeli TikTok, namun proses tersebut kemungkinan besar memerlukan restu dari pemerintah Tiongkok.
“Saya rasa kita perlu persetujuan dari Tiongkok. Saya pikir Presiden Xi akan melakukannya,” ungkap Trump, sembari menambahkan bahwa para calon pembeli terdiri dari individu dengan kekayaan luar biasa. Namun, ia tidak memberikan rincian apakah pembelian itu melibatkan perusahaan teknologi raksasa.
Salah satu rumor yang ikut beredar adalah keterlibatan Elon Musk dalam rencana akuisisi ini. Namun spekulasi tersebut langsung ditepis oleh sang miliarder teknologi itu sendiri. Meski begitu, Trump menyebut akan memberikan informasi lebih rinci dalam dua minggu mendatang, sehingga publik masih menantikan kelanjutannya.
Tiongkok Tetap Teguh dengan Sikapnya
Tak lama setelah pernyataan Trump mencuat, pemerintah Tiongkok pun segera memberikan respons. Dalam konferensi pers resmi yang digelar di Beijing pada Senin (30 Juni 2025), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, menyatakan bahwa posisi Tiongkok terhadap TikTok tidak berubah.
“Tiongkok telah menyampaikan pendiriannya sebelumnya, dan saya tidak memiliki tambahan,” ucap Mao dengan nada tegas. Ia enggan memberikan detail lebih lanjut, seakan ingin menghindari spekulasi berlebihan.
Sebagai pengingat, pada kesempatan sebelumnya, otoritas Tiongkok sempat menyatakan bahwa TikTok telah memberikan dampak ekonomi yang positif, terutama dalam hal menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan konsumsi di Amerika Serikat. Ini menjadi argumen kuat bahwa keberadaan TikTok tidak hanya menguntungkan Tiongkok, tetapi juga ekonomi negara-negara tempat platform ini beroperasi.
Akuisisi Harus Ikuti Prinsip Pasar
Lebih jauh lagi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok, melalui juru bicara lainnya, Guo Jiakun, pernah menyatakan pada Januari lalu bahwa setiap keputusan terkait akuisisi harus berdasarkan prinsip-prinsip pasar yang adil dan terbuka.
“Jika perusahaan Tiongkok terlibat dalam proses akuisisi, maka semuanya harus berjalan sesuai hukum dan regulasi yang berlaku di Tiongkok,” tegas Guo.
Pernyataan ini memperjelas bahwa Tiongkok tidak akan sembarangan memberikan persetujuan atas penjualan aset digital strategis seperti TikTok, apalagi jika menyangkut kepentingan nasional dan keamanan data pengguna.
Persaingan Global di Balik Akuisisi TikTok
Di balik wacana akuisisi ini, ada konteks geopolitik dan ekonomi yang lebih besar. TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance, selama ini dianggap sebagai simbol kekuatan digital Tiongkok yang mampu bersaing dengan raksasa teknologi asal Barat. Oleh karena itu, setiap rencana akuisisi TikTok oleh pihak asing tentu akan menjadi sorotan utama dalam hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok.
Banyak pengamat menilai bahwa isu ini bukan sekadar persoalan bisnis, melainkan pertarungan pengaruh dan kontrol atas data digital. Amerika Serikat, yang selama ini mengkhawatirkan potensi penyalahgunaan data oleh aplikasi asing, tentu memiliki kepentingan strategis jika TikTok benar-benar berpindah tangan ke entitas domestik.
Rencana akuisisi TikTok oleh sekelompok konglomerat AS kembali memanaskan hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terlebih karena menyangkut isu sensitif seperti kontrol data, kedaulatan digital, dan geopolitik teknologi. Tiongkok bersikeras mempertahankan prinsip pasar dan regulasi internalnya, sementara di sisi lain, pihak AS tampak ingin membawa TikTok ke dalam pengaruh domestik mereka. Dalam beberapa minggu ke depan, perkembangan isu ini patut terus dipantau, terutama apakah benar akuisisi akan terjadi, dan jika iya, siapa sebenarnya di balik kelompok pembeli tersebut.