Malutpost.id, Jakarta – Belum genap setahun menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2024-2029, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dari Partai Gerindra mengumumkan pengunduran dirinya. Keputusan ini diambil setelah pernyataannya yang dinilai melukai hati masyarakat luas. Sara, melalui akun Instagram pribadinya, menyampaikan permohonan maaf atas ucapannya yang mengajak masyarakat untuk lebih memilih menjadi pengusaha daripada bergantung pada pemerintah.
Pengunduran diri keponakan Presiden Prabowo Subianto ini terjadi di tengah sorotan tajam terhadap sejumlah anggota DPR yang dinilai membuat pernyataan atau melakukan tindakan yang menyakiti hati publik.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, mengingatkan bahwa sebagian masyarakat masih menganggap pengunduran diri Sara sebagai gimik politik belaka. Apalagi jika Sara nantinya justru ditempatkan pada posisi strategis lain sebagai kompensasi.
Direktur Arus Survei Indonesia (ASI), Ali Rif’an, menilai langkah Sara menunjukkan perbedaan sikap yang signifikan dibandingkan anggota DPR lain yang tetap bertahan meski mendapat tekanan publik. Ia mencontohkan kasus Bupati Pati yang terus didesak mundur namun tetap menjabat.
Muncul perbandingan dengan budaya politik di Jepang, di mana pejabat publik tak segan mengundurkan diri jika gagal menjalankan tanggung jawabnya. Dedi Kurnia Syah menilai Indonesia masih jauh dari budaya tersebut, namun setidaknya pejabat Indonesia harus belajar meminta maaf dan mengakui kesalahan.
Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menilai pengunduran diri Sara cukup mengejutkan. Ia bahkan mengaitkan pengunduran diri Sara dengan posisi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang saat ini kosong pasca-reshuffle kabinet.
